MPLS Hari ke Empat Menguatkan Nilai Hak Anak, Anti Kekerasan, dan Toleransi Sejak Dini

Hallo Sobat Patska,
Masih dalam masa MPLS, Kamis, 17 Juli 2025 SMP Negeri 4 Kota Surakarta menghadirkan kegiatan edukatif dan inspiratif bagi para peserta didik baru yaitu penyuluhan dari Yayasan Kakak Surakarta dan Harian Solo Pos, yang membawakan dua tema penting dan relevan: Hak Anak, Kekerasan dan Bullying serta Keberagaman dan Toleransi.

Yayasan KAKAK sebagai lembaga pemerhati perlindungan anak turut ambil bagian dalam mendidik siswa-siswi baru tentang pentingnya memahami hak-hak anak. Dalam kegiatan ini, kak Kiki menyampaikan materi tentang hak dasar anak, seperti hak atas pendidikan, perlindungan, kesehatan, dan berpendapat. Dengan bahasa yang mudah dipahami dan pendekatan partisipatif, siswa diajak untuk aktif menyuarakan pendapat mereka tentang situasi di sekolah maupun lingkungan sekitarnya.

Materi ini juga menyoroti isu kekerasan dan bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Para narasumber mengajak siswa untuk mengenali bentuk-bentuk kekerasan, baik fisik, seksual verbal, maupun psikologis. Mereka juga diajarkan bagaimana cara melindungi diri dan melaporkan kejadian kekerasan secara tepat.

“Anak-anak harus tumbuh di lingkungan yang aman, bebas dari kekerasan dan diskriminasi. Kalian semua punya hak untuk merasa nyaman dan bahagia di sekolah,” ujar Kak Kiki

Sesi berikutnya dibawakan oleh Harian Solo Pos Ibu Astrid Prihatini WD, S. E, yang membawakan tema bertajuk Keberagaman adalah Kekuatan, Jangan Ada Benci di Antara Kita”. Dalam penyampaiannya, siswa diajak menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan suku, agama, bahasa, dan budaya. Perbedaan tersebut bukan untuk dijadikan alasan membenci, namun justru menjadi kekayaan yang perlu dirayakan bersama.

“Kita semua dilahirkan berbeda dengan beragam latar belakang. Perbedaan latar belakang kadang menimbulkan prasangka dan kecurigaan. Prasangka akan menimbulkan stereotip yang berlebihan bisa berujung pada kebencian dan bullying. Kita harus merangkul perbedaan bukan malah saling pukul. Keberagaman bukan ancaman, tapi kekuatan. Tidak ada ruang untuk kebencian, apalagi di sekolah. Mari kita bangun lingkungan yang damai, dan saling mendukung,” ungkap Ibu Astrid

Kegiatan ini mendapat antusiasme tinggi dari para siswa. Mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga berdiskusi dan merefleksikan pengalaman pribadi mereka terkait topik yang dibahas. Dengan metode interaktif, kegiatan ini menjadi pengalaman awal yang membekas dan memberi bekal moral yang kuat bagi siswa baru. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari komitmen sekolah dalam membentuk generasi yang peduli, berani, dan toleran, serta menciptakan lingkungan sekolah yang ramah anak dan bebas dari kekerasan