Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut. Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi anemia pada anak usia 5-14 tahun sebesar 26,8% dan pada usia 15-24 tahun sebesar 32%. Hal ini berarti sekitar 3 dari 10 anak di Indonesia menderita anemia (ayosehat.kemenkes.go.id, 16 Agustus 2024).
Menanggulangi hal tersebut, pemerintah telah melakukan berbagai upaya melalui pendidikan gizi seimbang, fortifikasi pangan, dan suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD). Suplementasi TTD mulai dilaksanakan pada tahun 2015 dengan minum TTD 1 tablet per minggu sepanjang tahun bagi remaja putri usia 12–18 tahun yang berada di jenjang pendidikan SMP/sederajat dan SMA/sederajat. Walaupun pemberian TTD pada remaja putri sudah dilakukan, prevalensi anemia masih cukup tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya adalah kurangnya kepatuhan remaja putri dalam mengonsumsi TTD. Hasil Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa proporsi remaja putri yang memperoleh TTD dalam 12 bulan terakhir di sekolah sebesar 76,2%, tetapi hanya 1,4 % yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran. (ayosehat.kemenkes.go.id, 16 Agustus 2024).
Berangkat dari kondisi tersebut, UNICEF menginisiasi kegiatan #AksiBergizi dan mulai melaksanakan kegiatan tersebut pada tahun 2018 di Kabupaten Klaten dan Lombok Barat melalui advokasi, mobilisasi sekolah dan masyarakat, koordinasi multi sektor, penguatan kapasitas serta pemantauan dan evaluasi.(ayosehat.kemenkes.go.id, 16 Agustus 2024).
Kegiatan Aksi Gizi di SMP 4 Surakarta diadakan pada tanggal 16 Agustus 2024. Serangkaian acara Aksi Bergizi terdiri dari; senam bersama, sarapan pagi bersama di halaman sekolah, pada sarapan bersama siswa/ siswi membawa bekal yang mengandung unsur Karbohidrat, sayuran, protein dan minum air putih sebagai awal pembiasaan positif bagi siswa/siswi, selanjutnya sosialisasi kesehatan terkait gizi remaja dengan meminum Tablet Tambah darah yang dihimbau untuk diminum seminggu sekali, lalu pembinaan lingkungan sehat untuk kantin sekolah.
Kegiatan ini di sambut baik oleh pihak sekolah, dengan mengadakan senam sehat bersama dipagi hari, dan menghimbau warga kantin untuk menjual makanan yang sehat tidak banyak mengandung zat aditif, seperti olahan makanan rumahan, buah, dan mengurangi penjualan minuman kemasan.
Mengingat banyak remaja sekarang yang kurang menjaga pola hidup sehat sehingga mengalami kasus diabetes ataupun cuci darah yang sekarang sedang viral.
Harapannya dengan diadakan kegiatan ini secara rutin menjadi pembiasaan positif baik bagi remaja putri untuk mengurangi persentase anemia, dan juga mengubah pola hidup sehat remaja menjadi lebih baik.
Mens Sana in Corpore Sano. Artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat -Decimus Iunius Juvenalis.