Momen Haru Mangayubagyo Purna Tugas dan Alih Tugas Guru dan Karyawan SMP Negeri 4 Kota Surakarta

Karanganyar, 5 Juli 2025 – Pepatah bijak mengatakan “Ada pertemuan, pasti ada perpisahan.” Kalimat sederhana namun penuh makna ini menjadi latar belakang momentum yang mengharukan di Rumah Makan Soewatu Restu, Ngargoyoso, Karanganyar pada hari Sabtu, 5 Juli 2025. Dalam suasana yang penuh kehangatan dan kekeluargaan, SMP Negeri 4 Kota Surakarta menggelar acara mangayubagyo untuk guru dan karyawan yang memasuki masa purna tugas dan alih tugas. Acara yang berlangsung khidmat ini dihadiri oleh seluruh guru dan karyawan SMP Negeri 4 Kota Surakarta, menciptakan atmosfer kebersamaan yang sangat membekas.

Momen istimewa ini dibuka dengan sambutan hangat dari Ibu Diyah Pitaloka Handriani, S.Pd., M.Pd., yang menyampaikan ucapan terima kasih yang mendalam kepada para guru dan karyawan yang telah mengabdikan diri dengan penuh ketulusan hati untuk kemajuan SMP Negeri 4 Kota Surakarta.

“Sahabat Patska yang saya cintai,” ungkap Ibu Diyah dengan nada yang penuh kehangatan, menggunakan sebutan akrab yang telah menjadi identitas keluarga besar SMP Negeri 4 Surakarta. Dalam sambutannya, beliau menekankan betapa berharganya dedikasi dan pengabdian yang telah diberikan oleh para guru dan karyawan selama bertugas di sekolah tersebut.

Kepala sekolah juga mengungkapkan rasa bangga atas pencapaian dan kontribusi yang telah diberikan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan yang akan memasuki babak baru dalam perjalanan hidup mereka. “Dedikasi yang telah diberikan dengan setulus hati untuk SMP Negeri 4 Kota Surakarta akan selalu menjadi kenangan berharga bagi kita semua,” tambah Ibu Diyah.

Momen yang tidak kalah mengharukan datang dari Ibu Sri Mulyani, S.Pd., yang mewakili para guru dan karyawan yang akan purna tugas dan alih tugas. Dengan suara yang bergetar penuh emosi, beliau menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada seluruh keluarga besar SMP Negeri 4 Surakarta.

“Kami mengucapkan banyak terima kasih atas semua kebersamaan yang telah terjalin selama ini,” ujar Ibu Sri Mulyani dengan mata yang berkaca-kaca. Tidak hanya itu, beliau juga dengan rendah hati memohon maaf apabila selama bertugas dan bergaul di lingkungan SMP Negeri 4 Kota Surakarta terdapat salah kata, ucapan, atau perbuatan yang mungkin telah melukai perasaan rekan-rekan seprofesi.

Permintaan maaf yang tulus ini mencerminkan karakter luhur para pendidik yang selalu mengutamakan keharmonisan dan silaturahmi dalam setiap aspek kehidupan. Suasana haru pun semakin terasa ketika para hadirin merasakan ketulusan yang terpancar dari setiap kata yang diucapkan.

Puncak acara yang paling berkesan adalah sesi pemberian kado tali asih yang disertai dengan persembahan tembang kenangan dari para guru dan karyawan yang masih bertugas. Kado-kado yang diberikan bukan sekadar benda material, melainkan simbol dari ikatan persaudaraan dan kenangan indah yang telah terjalin selama bertahun-tahun.

Tembang kenangan yang dipersembahkan dengan penuh penghayatan berhasil membuat suasana semakin emosional. Lagu-lagu pilihan yang dinyanyikan bersama-sama menjadi cara yang indah untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan kenangan yang tak terlupakan. Suara-suara yang menyatu dalam harmoni menciptakan atmosfer yang sangat menyentuh hati, seolah-olah waktu berhenti sejenak untuk mengabadikan momen berharga tersebut.

Tradisi mangayubagyo yang dilaksanakan SMP Negeri 4 Surakarta ini mencerminkan nilai-nilai budaya Jawa yang menjunjung tinggi sikap hormat dan penghargaan terhadap sesama. Kata “mangayubagyo” sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti memberikan doa dan restu kepada seseorang yang akan memulai perjalanan atau fase baru dalam hidupnya.

Dalam konteks pendidikan, tradisi ini menjadi sangat bermakna karena menunjukkan betapa eratnya ikatan kekeluargaan yang terjalin di antara para pendidik. Bukan hanya sebagai rekan kerja, namun mereka telah menjadi keluarga besar yang saling mendukung dan menguatkan dalam menjalankan misi mulia mencerdaskan generasi bangsa.

Momen mangayubagyo ini mengandung pesan moral yang sangat dalam, terutama bagi dunia pendidikan. Pertama, pentingnya menjaga silaturahmi dan kebersamaan di lingkungan kerja. Kedua, sikap rendah hati dan saling memaafkan yang ditunjukkan oleh para guru menjadi teladan yang baik bagi para siswa dan masyarakat luas.

Ketiga, tradisi seperti ini menunjukkan bahwa profesi guru bukan hanya sekadar pekerjaan, melainkan sebuah pengabdian yang membangun ikatan emosional yang kuat dengan institusi dan rekan-rekan seprofesi. Keempat, pentingnya mengapresiasi dan menghargai jasa-jasa yang telah diberikan oleh para pendidik, karena mereka adalah pilar utama dalam membangun masa depan bangsa.

Acara mangayubagyo yang dilaksanakan dengan penuh kehangatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekolah. Bagi para guru dan karyawan yang akan purna tugas dan alih tugas, momen ini menjadi bekal spiritual yang akan mereka bawa dalam menjalani fase baru kehidupan mereka.

Sementara itu, bagi para guru dan karyawan yang masih bertugas, acara ini menjadi pengingat akan pentingnya dedikasi dan ketulusan dalam menjalankan tugas. Mereka dapat belajar dari pengalaman dan wisdom yang telah ditunjukkan oleh para senior mereka.

Meski perpisahan selalu menyisakan rasa haru, namun tradisi mangayubagyo ini justru menjadi awal yang baik untuk memulai babak baru. Para guru dan karyawan yang akan purna tugas diharapkan dapat menikmati masa pensiun dengan tenang dan bahagia, sementara yang alih tugas diharapkan dapat memberikan kontribusi terbaik di tempat tugas yang baru. Bagi SMP Negeri 4 Surakarta sendiri, momen ini menjadi momentum untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas pendidikan. Estafet kepemimpinan dan dedikasi harus terus berlanjut agar visi dan misi sekolah dapat tercapai dengan optimal.

Acara mangayubagyo purna tugas dan alih tugas di SMP Negeri 4 Surakarta pada 5 Juli 2025 telah berlangsung dengan sukses dan penuh makna. Momen ini tidak hanya menjadi ajang perpisahan, tetapi juga perayaan atas dedikasi dan pengabdian yang telah diberikan oleh para guru dan karyawan. Rumah Makan Soewatu Restu di Ngargoyoso, Karanganyar, menjadi saksi bisu dari momen bersejarah ini. Keharmonisan, ketulusan, dan rasa saling menghargai yang ditunjukkan oleh seluruh peserta acara menjadi teladan yang baik bagi dunia pendidikan. Semoga tradisi mangayubagyo ini dapat terus dilestarikan dan menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya. Dan semoga para guru dan karyawan yang akan memasuki fase baru dalam hidup mereka dapat merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam setiap langkah perjalanan mereka selanjutnya.

“Ada pertemuan, pasti ada perpisahan” – namun yang terpenting adalah bagaimana kita mengisi waktu pertemuan tersebut dengan hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Itulah yang telah ditunjukkan oleh keluarga besar SMP Negeri 4 Surakarta dalam momentum istimewa ini.

Bagikan Ke Sosial Media